Dilema Pahlawan Devisa
DILEMA PAHLAWAN DEVISA
Devisa adalah semua benda yang bisa digunakan untuk transaksi pembayaran dengan luar negeri yang diterima dan diakui luas oleh dunia internasional, termasuk TKI. Pada umumnya pekerja Indonesia yang ada di luar negeri mengirimkan sebagian gajinya untuk dikirim ke rekening keluarganya yang berada di Indonesia.
Semakin banyak dana yang masuk ke rekening bank milik WNI, maka semakin banyak juga suplai uang masuk ke Indonesia. Semakin banyak uang asing yang akan ditukar ke uang rupiah, maka semakin bertambah uang asing yang disimpan di kas negara, sehingga ketersediaan kas negara terhadap uang asing akan semakin banyak. Dan kebutuhan terhadap rupiah akan menguat mengikuti hukum suplay dan demand yang berakibat terhadap menguatnya nilai tukar rupiah.
Semakin banyak dana yang masuk ke rekening bank milik WNI, maka semakin banyak juga suplai uang masuk ke Indonesia. Semakin banyak uang asing yang akan ditukar ke uang rupiah, maka semakin bertambah uang asing yang disimpan di kas negara, sehingga ketersediaan kas negara terhadap uang asing akan semakin banyak. Dan kebutuhan terhadap rupiah akan menguat mengikuti hukum suplay dan demand yang berakibat terhadap menguatnya nilai tukar rupiah.
Kondisi Tenaga Kerja Wanita (TKW)
Kita ketahui bahwa TKI (tenaga kerja Indonesia) terdiri dari banyak kaum perempuan dari seluruh Indonesia, padahal seorang perempuan adalah ibu dari anak-anak yang masih harus dirawat dengan kasih sayang, dibina dan dididik. Hal ini merupakan dilema, dimana kewajiban seorang ibu untuk tugas tersebut, namun kondisi memaksa mereka untuk tetap memenuhi kebutuhan putra putrinya dengan bekerja sebagai TKW.
Lebih jauh, kondisi para TKW diluar negeri sangatlah rawan terhadap penyiksaan, perlakuan kasar, pemerkosaan bahkan pembunuhan. Selayaknya TKW yang sejak lama dianggap sebagai Pahlawan Devisa harusnya mendapatkan perhatian dan perlindungan selama berada di luar negeri. Dalam hal ini, kerjasama yang baik antara calon TKW dan pemerintah sangat diperlukan agar para TKW mendapatkan pembekalan pengetahuan mengenai budaya, kebiasaan, persepsi majikan terhadap TKW, hubungan kerja, penguasaan bahasa, perlakuan, serta pusat pengaduan bagi TKW (Advokasi).
Disisi lain, sering terjadi, bahwa TKW yang sudah pernah tinggal di luar negeri, pada saat pulang ke Indonesia mengajak saudara dan tetangga untuk menjadi TKW dengan iming-iming gaji besar. Tetangga dan saudara yang diajak hanya dibekali paspor palsu yang dibuat agar mempermudah pendistribusian TKW yang berada diluar negeri karena secara hukum TKW tersebut tidak lengkap perizinannya dan dinyatakan sebagai TKW ilegal.
Sebet saja Rahayu (41 tahun) berangkat ke Singapura dengan paspor kunjungan/traveling. Dia bekerja sebagai tenaga kerja SPA di salah satu tempat perawatan kecantikan. Selama 3 bulan berada di Singapura, dia pernah 1 kali terkena razia dan bersyukur masih bisa lolos dengan menunjukkan paspor kunjungan dan mengatakan kalau dia bekerja disebagai wanita malam di night club. Namun hal ini tidaklah mudah dilakukan oleh TKW yang begitu polos, asli dari desa, bisa dibayangkan bahwa petugas akan segera mengetahuinya jika dia adalah seorang TKW ilegal yang sangat sulit untuk mendapatkan perlindungan apabila sudah tertangkap.
Demikian halnya sebut saja Wardah (44 tahun), salah satu warga desa di Lamongan yang ikut menjadi TKW di Malaysia setelah diajak tetangganya dengan paspor ilegal. Saat pemeriksaan dia tertangkap dan dimasukkan sel. Dalam proses pembelaan, dirinya mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan selama di tahanan dan setiap hari harus makan bubur yang dimasak menggunakan drum. "Rasanya mau muntah setiap kali makan bubur ditahanan" kata Rohani. Namun apa daya perut sudah mulai berbunyi dan rasa melilit terasa disekitar ulu hati. Saat ditanya: "Apakah Ibu bersedia kalau ada yang mengajak ke Malaysia kembali?" Dia menggelengkan kepala, dan mengatakan: hidup sekarang harus banyak bersyukur, karena seenak-enaknya hidup di negeri orang, tetap lebih enak dinegara sendiri. Di Malaysia, setiap saat saya harus berlari jika ada pemeriksaan petugas paspor.
Saat dipesawat, saya duduk bersebelahan dengan sebut saja Rohaniyah (49 tahun) yang sudah 7 tahun tinggal di Jeddah menjadi asisten rumah tangga. Dia memutuskan menjadi TKW manakala usahanya hancur karena terbelit hutang sebesar Rp 45 juta. Selanjutnya dituturkan, bahwa dia bersyukur karena setelah menjadi TKW selama 7 tahun ini bisa melunasi hutangnya, membangun rumah, menikahkan putrinya, serta dapat menyisihkan tabungannya sejumlah Rp 150 juta di bank, namun yang disayangkan adalah bahwa suaminya tergoda wanita lain. Ketika ditanyakan : "apakah ibu akan kembali ke Jeddah kembali?" Rohaniyah menjawab bahwa dia masih memiliki hutang janji dengan majikan Almarhum, yaitu ibu dari majikan anak saat ini, sehingga dalam tahun ini dia tidak akan meninggalkan putri majikannya. Dia juga menambahkan bahwa saat ini sudah tua, tenaga sudah tidak seperti muda lagi dan tangan terkena alergi sehingga jarinya berwarna kemerahan karena iritasi.
Sebet saja Rahayu (41 tahun) berangkat ke Singapura dengan paspor kunjungan/traveling. Dia bekerja sebagai tenaga kerja SPA di salah satu tempat perawatan kecantikan. Selama 3 bulan berada di Singapura, dia pernah 1 kali terkena razia dan bersyukur masih bisa lolos dengan menunjukkan paspor kunjungan dan mengatakan kalau dia bekerja disebagai wanita malam di night club. Namun hal ini tidaklah mudah dilakukan oleh TKW yang begitu polos, asli dari desa, bisa dibayangkan bahwa petugas akan segera mengetahuinya jika dia adalah seorang TKW ilegal yang sangat sulit untuk mendapatkan perlindungan apabila sudah tertangkap.
Demikian halnya sebut saja Wardah (44 tahun), salah satu warga desa di Lamongan yang ikut menjadi TKW di Malaysia setelah diajak tetangganya dengan paspor ilegal. Saat pemeriksaan dia tertangkap dan dimasukkan sel. Dalam proses pembelaan, dirinya mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan selama di tahanan dan setiap hari harus makan bubur yang dimasak menggunakan drum. "Rasanya mau muntah setiap kali makan bubur ditahanan" kata Rohani. Namun apa daya perut sudah mulai berbunyi dan rasa melilit terasa disekitar ulu hati. Saat ditanya: "Apakah Ibu bersedia kalau ada yang mengajak ke Malaysia kembali?" Dia menggelengkan kepala, dan mengatakan: hidup sekarang harus banyak bersyukur, karena seenak-enaknya hidup di negeri orang, tetap lebih enak dinegara sendiri. Di Malaysia, setiap saat saya harus berlari jika ada pemeriksaan petugas paspor.
Saat dipesawat, saya duduk bersebelahan dengan sebut saja Rohaniyah (49 tahun) yang sudah 7 tahun tinggal di Jeddah menjadi asisten rumah tangga. Dia memutuskan menjadi TKW manakala usahanya hancur karena terbelit hutang sebesar Rp 45 juta. Selanjutnya dituturkan, bahwa dia bersyukur karena setelah menjadi TKW selama 7 tahun ini bisa melunasi hutangnya, membangun rumah, menikahkan putrinya, serta dapat menyisihkan tabungannya sejumlah Rp 150 juta di bank, namun yang disayangkan adalah bahwa suaminya tergoda wanita lain. Ketika ditanyakan : "apakah ibu akan kembali ke Jeddah kembali?" Rohaniyah menjawab bahwa dia masih memiliki hutang janji dengan majikan Almarhum, yaitu ibu dari majikan anak saat ini, sehingga dalam tahun ini dia tidak akan meninggalkan putri majikannya. Dia juga menambahkan bahwa saat ini sudah tua, tenaga sudah tidak seperti muda lagi dan tangan terkena alergi sehingga jarinya berwarna kemerahan karena iritasi.
Peran Pemerintah Indonesia
Bagi negara berkembang seperti Indonesia, peran pemerintah sangat vital untuk memberikan penyuluhan dan bekal sebelum TKW dikirim ke negara-negara tujuan, seperti timur tengah (Saudi Arabia, Jordania, Uni Emirat Arab, dan lain-lain), Malaysia, Singapura, Hongkong, serta Taiwan.
Pemerintah harus pro aktif memberi perlindungan hukum yaitu perjanjian bilateral dengan negara penampu TKW, perjanjian kerja harus dapat melindungi para TKW, khususnya terkait jam kerja dan penempatannya. Di samping itu, tercatat bahwa pemerintah juga sudah berupaya memberikan pelatihan kewirausahaan dan permodalan dengan harapan agar para TKI tidak kembali lagi ke luar negeri.
Comments
Post a Comment