Memuliakan Ibu, Memuliakan Anak, Memuliakan Keluarga
MEMULIAKAN IBU, MEMULIAKAN ANAK, MEMULIAKAN KELUARGA
Hal ini menunjukkan bahwa perjuangan kaum perempuan Indonesia telah menempuh jalan panjang dalam mewujudkan peranan dan kedudukan perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka menuju Indonesia yang aman, tentram, dan damai serta adil dan makmur. Disisi lain, peringatan hari ibu tentunya bertujuan tidak sekedar seremonial saja, tetapi harus dimaknai dengan sungguh-sungguh sehingga menggunggah dan mengingatkan kita semua betapa mulia kedudukan seseorang ''Ibu'' dalam kehidupan umat manusia, meskipun tentunya hal itu bukan berarti mengabaikan peran ''Bapak''
Sesungguhnya Allah SWT melalui firman-nya dalam Al-Qur'an dan Rosullulloh SAW dalam haditsnya telah memerintahkan kepada seluruh umat muslim, agar menghormati, memuliakan, mentaati perintah orang tua sepanjang tidak untuk bermaksiat kepada Allah SWT, menyayangi sampai akhir hayatnya, dan selalu mendo'akannya ketika beliau sudah wafat.
Dalam beberapa ayat Al-Qur'an yaitu Qs. Al-Ahqaaf : 15 serta Qs. Lukman : 14, Allah SWT menyuruh kita bersyukur dan berbuat baik kepada kedua orang tua dan anak cucu kita, selanjutnya dalam hadits lebih ditekankan lagi terhadap orang tua perempuan atau ibu, sebagaimana dalam hadits berikut ini:
Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah SAW bersabda, ''Seseorang datang kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam dan berkata, 'Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali? 'Rasululloh SAW menjawab, 'Ibumu!' Dan orang tersebut kembali bertanya, 'kemudian siapa lagi?' Rasulullah SAW menjawab, 'Ibumu!' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi?' Beliau menjawab, 'Ibumu.' orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi, 'Rasullulloh SAW menjawab, 'kemudian ayahmu.'' (HR. Bukhori no. 5971 dan Muslim no. 2548)
Akan tetapi bagaimana sunatulloh dan perintah Allah SWT agar berbakti kepada orang tua/ibu tersebut dapat dilaksanakan oleh seorang anak, jika si anak kurang dibekali cara mengabdi? Dalam Al-Qur'an surat At Tahrim ayat 6, Allah SWT memerintahkan agar kaum mukminin menjaga diri mereka dan keluarga mereka dan keluarga mereka dari api neraka. Menjaga dengan memberikan pendidikan akhlak dan agama yang baik kepada istri, anak, budak, pun terhadap pembantu kita.
Diceritakan, suatu ketika di zaman kekhalifahan Sayidina Umar bin Khattab, seorang laki-laki datang menghadap Umar bin Khattab, ia bermaksud mengadukan anaknya yang telah berbuat durhaka kepadanya dan melupakan hak-hak orang tua. Kemudian Umar mendatangi anak tersebut dan memberitahukan pengaduan bapaknya. Anak itu bertanya kepada Umar bin Khattab, ''Wahai Amirul Mukminin, bukankah anak pun mempunyai hak-hak dari bapaknya?'' '' Ya, tentu,'' jawab Umar dengan tegas. Anak itu bertanya lagi, ''Apakah hak-hak anak itu, wahai Amirul Mukminin?''.
1. Memilihkan Ibu yang baik untuknya,
2. Memberikan nama yang baik,
3. Mengajarkan Al-Qur'an kepadamu, ''
Jawab Umar menunjukkan.
Anak itu pun berkata dengan mantap, ''Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya ayahku belum pernah melakukan satu pun diantara semua hak itu. Ibuku adalah budak (wanita berketurunan hitam) dari keturunan yang beragama majusi. Mereka menamakan aku Ju'al (orang yang berbadan pendek dan hitam), dan ayahku belum pernah mengajarkan satu huruf pun dari Al-Qur'an. Umar menoleh kepada laki-laki itu, dan berkata dengan tegas, ''Engkau telah datang kepadaku mengadukan kedurhakaan anakmu. Padahal, engkau telah mendurhakainya sebelum dia mendurhakaimu. Engkau pun tidak berbuat baik kepadanya sebelum dia berbuat buruk kepadamu. Engkau sudah mendzalimi dan merugikan anakmu lebih dahulu, sebelum anakmu mendzalimi dan merugikanmu. (Kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam)
Para ibu yang mulia dan insya Allah dimuliakan keluarganya, bekalilah anak kita dengan kemuliaan kalam-kalam Allah, didik dengan kasih sayang, moral, dan bekal keimanan sebagaimana doa yang kita ajarkan kepada anak kita:
Robbighfirli wali walidayya warhamhuma kama rabbayani shagira
"Ya Tuhanku ampunilah aku dan kedua orang tuaku, dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil"
Bagaimana kita menyayangi anak kita? Yakni dengan menjalankan amanah untuk mengasuh dan mendidik anak hingga kelak mereka menjadi insan yang tangguh dan shalih. Islam tegas memerintahkan kita untuk memuliakan dan mengajarkan anak-anak dengan akhlak yang baik. Anak itu amanah, kalau kita salah mendidik, dia bisa menjadi ujian, bahkan bisa menjadi musuh. Orang tua sering lupa memuliakan anaknya. Kalau mereka bertanya malah dibentak. Pernahkah orang tua bertanya pada diri sendiri, sudahkah kita penuhi hak-hak anak? Sudahkah kita mendengar perasaan mereka? Sudah cukupkah kita memberi bekal kepercayaan diri yang benar pada mereka? Bukankah bekal kepercayaan diri mereka sudah banyak kita curi dengan cara pendidikan yang salah?
Dalam beberapa ayat Al-Qur'an yaitu Qs. Al-Ahqaaf : 15 serta Qs. Lukman : 14, Allah SWT menyuruh kita bersyukur dan berbuat baik kepada kedua orang tua dan anak cucu kita, selanjutnya dalam hadits lebih ditekankan lagi terhadap orang tua perempuan atau ibu, sebagaimana dalam hadits berikut ini:
Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah SAW bersabda, ''Seseorang datang kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam dan berkata, 'Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali? 'Rasululloh SAW menjawab, 'Ibumu!' Dan orang tersebut kembali bertanya, 'kemudian siapa lagi?' Rasulullah SAW menjawab, 'Ibumu!' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi?' Beliau menjawab, 'Ibumu.' orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi, 'Rasullulloh SAW menjawab, 'kemudian ayahmu.'' (HR. Bukhori no. 5971 dan Muslim no. 2548)
Akan tetapi bagaimana sunatulloh dan perintah Allah SWT agar berbakti kepada orang tua/ibu tersebut dapat dilaksanakan oleh seorang anak, jika si anak kurang dibekali cara mengabdi? Dalam Al-Qur'an surat At Tahrim ayat 6, Allah SWT memerintahkan agar kaum mukminin menjaga diri mereka dan keluarga mereka dan keluarga mereka dari api neraka. Menjaga dengan memberikan pendidikan akhlak dan agama yang baik kepada istri, anak, budak, pun terhadap pembantu kita.
Diceritakan, suatu ketika di zaman kekhalifahan Sayidina Umar bin Khattab, seorang laki-laki datang menghadap Umar bin Khattab, ia bermaksud mengadukan anaknya yang telah berbuat durhaka kepadanya dan melupakan hak-hak orang tua. Kemudian Umar mendatangi anak tersebut dan memberitahukan pengaduan bapaknya. Anak itu bertanya kepada Umar bin Khattab, ''Wahai Amirul Mukminin, bukankah anak pun mempunyai hak-hak dari bapaknya?'' '' Ya, tentu,'' jawab Umar dengan tegas. Anak itu bertanya lagi, ''Apakah hak-hak anak itu, wahai Amirul Mukminin?''.
1. Memilihkan Ibu yang baik untuknya,
2. Memberikan nama yang baik,
3. Mengajarkan Al-Qur'an kepadamu, ''
Jawab Umar menunjukkan.
Anak itu pun berkata dengan mantap, ''Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya ayahku belum pernah melakukan satu pun diantara semua hak itu. Ibuku adalah budak (wanita berketurunan hitam) dari keturunan yang beragama majusi. Mereka menamakan aku Ju'al (orang yang berbadan pendek dan hitam), dan ayahku belum pernah mengajarkan satu huruf pun dari Al-Qur'an. Umar menoleh kepada laki-laki itu, dan berkata dengan tegas, ''Engkau telah datang kepadaku mengadukan kedurhakaan anakmu. Padahal, engkau telah mendurhakainya sebelum dia mendurhakaimu. Engkau pun tidak berbuat baik kepadanya sebelum dia berbuat buruk kepadamu. Engkau sudah mendzalimi dan merugikan anakmu lebih dahulu, sebelum anakmu mendzalimi dan merugikanmu. (Kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam)
Para ibu yang mulia dan insya Allah dimuliakan keluarganya, bekalilah anak kita dengan kemuliaan kalam-kalam Allah, didik dengan kasih sayang, moral, dan bekal keimanan sebagaimana doa yang kita ajarkan kepada anak kita:
Robbighfirli wali walidayya warhamhuma kama rabbayani shagira
"Ya Tuhanku ampunilah aku dan kedua orang tuaku, dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil"
Bagaimana kita menyayangi anak kita? Yakni dengan menjalankan amanah untuk mengasuh dan mendidik anak hingga kelak mereka menjadi insan yang tangguh dan shalih. Islam tegas memerintahkan kita untuk memuliakan dan mengajarkan anak-anak dengan akhlak yang baik. Anak itu amanah, kalau kita salah mendidik, dia bisa menjadi ujian, bahkan bisa menjadi musuh. Orang tua sering lupa memuliakan anaknya. Kalau mereka bertanya malah dibentak. Pernahkah orang tua bertanya pada diri sendiri, sudahkah kita penuhi hak-hak anak? Sudahkah kita mendengar perasaan mereka? Sudah cukupkah kita memberi bekal kepercayaan diri yang benar pada mereka? Bukankah bekal kepercayaan diri mereka sudah banyak kita curi dengan cara pendidikan yang salah?
Tujuh Pilar Mendidik Anak, yaitu:
1. Orang tua harus sepenuhnya ada untuk anak
Orang tua, terutama ayah, memiliki peranan aktif untuk perkembangan anak. Jika anak kurang kasih sayang ayah, ayah tidak dekat dengan anak, emosi anak akan terganggu. Kalau laki-laki cenderung akan nakal, seks bebas, dan narkoba, sedangkan anak perempuan akan depresi dan melakukan seks bebas.
2. Dibutuhkan Attachment
Hubungan emosi anak dengan orang tua harus dekat. "Dibutuhkan Attachment antara ayah dan anak, juga Ibu dengan anak," katanya. Ia menuturkan, banyak anak yang kurang dekat atau kurang 'lengket' dengan orang tua mereka karena banyak hal. "Dekatnya pun bukan sekadar kulit ke kulit, melainkan dari jiwa ke jiwa.
3. Tujuan pengasuh jelas
Perkiraan riset terhadap pasangan suami-istri berusia 25-45 tahun, apakah mereka menentukan tujuan pengasuhan yang jelas. Hasil riset menunjukkan tidak semua pasangan menyepakati apa tujuan mereka. "Jadi yang perlu diperhatikan adalah susun lagi, rumuskan lagi pola pengasuhan, diskusikan bersama pasangan, lalu sepakati. Setelah itu, buat analisis dan evaluasi, misalnya 3 bulan sekali.
4. Atur gaya bicara
Kalau bicara pada anak harus baik, harus benar, dan tidak berbohong. Ia juga mengingatkan agar setiap orang tua tidak menyalahkan atau membandingkan-bandingkan anak karena akan membuat komunikasi antara anak dan orang tua terganggu. Tak hanya itu, ia juga menyarankan setiap orang tua selalu mendengarkan perkataan anak mereka, memperhatikan saat mereka bicara, serta mengetahui keunikannya.
5. Pendidikan agama
Pendidikan agama pada anak sangat penting. "Tapi jangan asal masukkan anak ke sekolah agama tanpa mengetahui basic agama dari orang tuanya,". Pendidikan agama adalah tanggung jawab dan kewajiban orang tua kepada anaknya. "Dalam hal ini, kita mengajarkan agama bukan sekadar supaya mereka bisa mengaji, rajin ke gereja, atau biar bisa shalat, tapi agar mereka suka melakukan itu tanpa harus disuruh nantinya.
6. Persiapkan pola pengasuh saat anak puber
Mengajarkan anak pada masa puber memang agak sedikit sulit, terutama di era modern saat ini. "Sekarang anak SD dan SMP sudah bisa main gadget. Tidak menutup kemungkinan mereka akan menggunakan gadget untuk tugas sekolah,". Sebagai orang tua, banyak dari mereka yang memberikan fasilitas internet untuk anak-anaknya. Namun mereka lupa, anak bisa saja melihat hal-hal berbau pornografi dengan mudah dengan akses tersebut. Jadi sebagai orang tua, kita harus lebih pandai.
7. Ajari anak menahan pandangan
Kekacauan otak pada diri remaja adalah karena orang tua tidak mengajarkan anaknya untuk menjaga dan menahan pandangan. Banyaknya tayangan dan tampilan fotografi merusak otak anak, semuanya diawali dari mata (pandangan). Teryata hal ini juga ada di Al-Qur'an, bahwa kita harus menjaga pandangan. 'bencana' terjadi bisa karena orang tua tidak mengajarkan anaknya untuk menjaga pandangan.
Artinya: Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat." (An-Nur: 30)
Marilah kita muliakan Ibu kita, muliakan Anak kita, yang akan bermuara pada kemuliaan keluarga. Insya Allah.
Comments
Post a Comment