Gangguan Berbicara pada Anak Usia Dini
GANGGUAN BERBICARA PADA ANAK USIA DINI
Berbicara adalah kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia sebagai makhluk sosial. Dalam relasi tersebut, manusia berbicara untuk dapat menyampaikan pesan (isi pikiran dan isi perasaan), bekerjasama, menjalin komunikasi, berekspresi, bertausyiah, bernegosiasi, termasuk melanggengkan silaturahmi secara timbal balik.
Bila kita dapat berbicara baik dan lancar, pesan-pesan serta maksud tujuan akan mudah dipahami dan dapat diterima, sekaligus akan memperoleh respon segera. Kemampuan ini sudah barang tentu dapat diasah dan mereka yang terampil bicara ternyata akan mudah atau sangat mungkin menjelma menjadi publik figur, komunikator, atau bahkan motivator.
Bila kita dapat berbicara baik dan lancar, pesan-pesan serta maksud tujuan akan mudah dipahami dan dapat diterima, sekaligus akan memperoleh respon segera. Kemampuan ini sudah barang tentu dapat diasah dan mereka yang terampil bicara ternyata akan mudah atau sangat mungkin menjelma menjadi publik figur, komunikator, atau bahkan motivator.
Baca Juga : Memuliakan Ibu, Memuliakan Anak, Memuliakan Keluarga
Sayangnya, tidak semua orang mahir berbicara. Terlebih bila sedari kecil (usia dini) mereka memiliki gangguan dalam hal wicara. Meningkatnya jumlah kasus anak dengan gangguan perkembangan bicara/defek bicara tak pelak mengundang keprihatinan. Berikut ini adalah tinjauan gangguan bicara, berikut penanganannya sedari dini.Penanganan Defek Bicara
Di Indonesia meningkatnya jumlah kasus anak dengan gangguan perkembangan bicara/Defek Bicara masih ditemukan dari waktu ke waktu. Penanganan Defek Bicara ini memerlukan kerjasama dengan berbagai disiplin ilmu antara lain: bagian anak, neurologi, THT, rehabilitasi, medik, psikologi, spesialis mata, dan sebagainya.
Masalah kelambatan bicara telah membentuk disiplin ilmu tersendiri, yaitu logopedi, ilmu yang mempelajari tentang gangguan/kelainan/ketidak sempurnakan/defek bicara dan penangananya. Logopedi berasal dari kata logo yang dalam bahasa Yunani berarti kata-kata/bicara atau pathologi bicara. Jika logopedia dikenal dibanyak negara Eropa, sedangkan di Amerika serikat, digunakan istilah speech pathologi.
A. Perkembangan Bicara
Berbicara merupakan kemampuan yang hanya dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial, dimana satu sama lain harus bekerjasama, dalam bentuk berkomunikasi. Dengan berbicara kita dapat menyampaikan isi pikiran dan perasaan pada lawan bicara secara timbal balik. Berbicara (speech) merupakan cara atau sistem komunikasi dengan memakai simbol akustik/simbol verbal. Sedangkan berbahasa (language) merupakan cara/sistem komunikasi baik verbal maupun nonverbal seperti: isyarat, pantomim, music, tulisan dan lukisan dsb.
Ditinjau dari perkembangan bicara, maka hal ini dapat ditinjau dari segi perkembangan biologis (filogenetik) maupun individual (perkembangan ontogenetik), sebagai berikut:
Perkembangan filogenetik:
Merupakan perkembangan secara biologis, dimana komunikasi masih terbatas pada kebutuhan yang mendasar yaitu: makanan, seks, dan keselamatan untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia, berawal dari komunikasi dengan jeritan yang menggambarkan emosinya seperti: takut, gelisah, gembira, marah dan sebagainya.
Perkembangan ontogenetik
Merupakan perkembangan bicara pada individu, mulai dari bayi sampai dewasa. Berbicara merupakan proses belajar yang dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku dan persepsi/pengertian sebagai pengalaman dimana terjadi proses trial and error. Tahapan berbicara dapat dijabarkan sebagai berikut:
Bayi yang baru lahir segera menangis
Secara otomatis sebagai reaksi terhadap stimuli sekitarnya.
Umur 1 bulan
Tangisannya mulai berbeda, sesuai dengan perasaannya yaitu rasa lapar, rasa nyeri, dan rasa tak nyaman
Umur 2-3 bulan
Mulai mengoceh (babbling) yaitu merupakan sesuatu stimulasi/auditory feedback. Keadaan ini terjadi pada anak dengan pendengarannya normal, yaitu anak yang dapat mendengarkan suaranya sendiri dan dapat mengaturnya. Pada anak tuli keadaan ini tidak dapat terjadi, sehingga anak tersebut makin berkurang mengocehnya, anak menjadi pendiam dan perkembangan bicaranya akan terhenti.
Baca Juga : Pahlawan Pengisi Kemerdekaan
Pada awal ocehan, yang keluar berupa huruf-huruf vocal seperti : .....aaa.....eee..... Dsb kemudian di susun, huruf konsonan :
- labial : m, p, b
- guttural : g
- dental : th
- nasa : n, Ng
2.4 Umur 6 bulan
Mengoceh lebih teratur dengan kombinasi suara, yang disebut Lalling (misal : ma-ma, pa-pa, ba-ba dan sebagainya).
Umur 9 bulan
Menirukan apa yang didengarkan, sekedar bersuara (echolali) tanpa didasari dengan pengertian dan ingatan.
Umur 12-18 bulan
Mulai berbicara yang sesungguhnya (true speech) dapat mengucapkan 10-20 kata-kata
Umur 2,5 tahun
Dapat menyusun kalimat terdiri dari 2 kata. Kemampuan berbicara pada anak tidak sama, ada yang lebih cepat, tetapi ada pula beberapa anak yang lambat. Namun bila anak pada usia 2,5 tahun belum dapat berbicara atau diajak berbicara maka dianggap patologis/ada kelainan, yang selanjutnya harus dicari penyebabnya. Walaupun demikian, kemampuan mengucap huruf-huruf ini tidak mutlak, karena juga tergantung pada bahasa dan kebiasaan setempat.
Berdasarkan FASE perkembangan bicara, dapat dibagi dalam :
• Fase reseptif : yaitu fase dimana anak memahami, arti kata-kata
• Fase ekspresif : yaitu fase dimana anak telah mampu mengucapkan kata-kata
Proses perkembangan bicara pada seorang anak memerlukan pengalaman yang nyata dan melewati proses trial and error.
B. Kesiapan Berbicara (Speech readiness)
Agar seseorang anak dapat berbicara normal, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu:
• Syarat fisiologis
• Syarat psikologis
• Syarat lingkungan
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan perkembangan bicara, adalah:
• kondisi fisik dan kemampuan motorik
• kecerdasan
• status ekonomi
• jenis kelamin
• lingkungan rumah
• bahasa ganda
C. Kelainan Bicara
Merupakan ketidak sempurnakan/gangguan bicara meliputi keadaan yang sangat bervariasi, mulai dari yang ringan sampai berat, yaitu dimana anak tidak dapat berbicara sama sekali.
Kelainan berbicara ini dapat dinilai secara subyektif maupun obyektif.
Subyektif :
Apabila seseorang berbicara maka perhatiannya pada lawan bicaranya, melihat cara berbicaranya dan bukan pada isi pembicaraannya.
Obyektif bila bicaranya :
• Sulit didengar
• Sulit dimengerti
• Suaranya tidak enak didengar
• Cenderung ke bunyi tertentu
• Datar tak ada penekanan-penekanan
• Tata bahasa kurang
• Tak menunjukkan ciri-ciri jenis kelamin
dan umur
• Tampak tak menyenangkan
Sedangkan jenis kelainan bicara pada anak terdiri dari :
• Kelainan artikulasi atau pembentukan
fonem (bunyi huruf)
• Kelainan suara (fonasi)
• Kelainan ritme (gagap)
• Disfungsi bahasa (kelambatan bicara dan
afasia)
Klasifikasi lain disamping yang tersebut di atas juga didasarkan pada kelainan yang mendasar, misalnya pada ketulian atau serebral palsi yang menimbulkan kelainan berupa kelambatan berbicara, gangguan artikulasi dan suara. Kerusakan otak pada orang dewasa juga menimbulkan penurunan fungsi bahasa dan artikulasi.
Kelambatan Perkembangan Bicara
Selagi dini, kita dapat menilai atau merasakan perbedaan perkembangan masing-masing anak, dengan mengukur kemampuan mereka dibanding anak seusianya. Kita patut risau apabila menemukan tiga hal berikut pada anak-anak kita:
• Mulai dapat berbicara terlambat
• Deviasi dari bunyi, suku kata, sehingga
sulit di mengerti
• Perbendaharaan kata-kata dan pola
bahasanya di bawah normal
Adapun penyebab kelambatan perkembangan bicara terdiri dari :
1. Kelainan organik
- Kelainan neuromotor pada susunan saraf
pusat
- Kelainan fisiologis yang tak berhubungan
langsung dengan susunan saraf pusat
- Kelainan sensoris : kurang pendengaran,
diskriminasi dan daya ingat (memori)
2. Lingkungan yang tak menunjang
- Motivasi kurang
- Lingkungan yang sepi percakapan
- Teknik pengajaran kurang
- Kegagalan identifikasi
- Sikap dan kepribadian orang tua yang tak
menunjang
- Penolakan
- Asprirasi yang berlebihan
- Pengaruh saudara kembar
- Bahasa ganda
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bicara
Syarat untuk mampu berbicara dan berbahasa adalah:
Fisiologi :
• pendengaran, penglihatan, dan perabaan
yang baik
• susunan saraf pusat yang baik (sensorik,
motorik, dan pengolahannya)
• alat berbicara dan pita suara yang baik,
paru-paru rahang bawah, bibir bawah/Ats
lidah dan langit-langit lunak harus balik
Psikologis :
Ada minat untuk berbicara
Lingkungan :
Kemampuan berbicara tergantung pada lingkungan terutama orang tua dan keluarga lainnya. Bila ditinjau dari penyebabnya, para ahli menengarai dimungkinkannya ada kelainan organik, dimana ciri yang menyertai adalah: kelainan neuromotor pada susunan saraf pusat (sensorik, motorik, dan pengolahannya), kelainan fisiologis yang tak berhubung langsung dengan susunan saraf pusat (alat bicara yang baik dan pita suara, paru-paru, rahang bawah, bibir bawah/atas, lidah dan langit-langit lunak harus baik termasuk juga - pendengaran, penglihatan dan perabaan yang baik), atau kelainan sensoris : kurang pendengaran, diskriminasi dan daya ingat (memori).
Namun itu mungkin baru satu hal, ada hal lain yang juga diduga kuat dapat menyumbangkan kelainan bicara terjadi, yakni lingkungan yang tak menunjang dimana jamak terjadi: motivasi kurang, lingkungan yang sepi percakapan, teknik pengajaran kurang, Kegagalan identifikasi, sikap dan kepribadian orang tua yang tak menunjang, penolakan, Asprirasi yang berlebihan, pengaruh saudara kembar, dan penggunaan bahasa ganda.
Diagnosis Kelainan Berbicara
Bila menemukan indikasi kelambatan tentang hal bicara pada anak, para orang tua seyogyanya melakukan pemeriksaan ahli di bidang: pendengaran (audiometri), syaraf (neurologi), organ bicara, kejiwaan (psikatri), kecerdasan (psikologi), lingkungan keluarga/sosial. Selanjutnya, evaluasi yang menyeluruh maupun penanganan lanjutan memerlukan kerjasama antar disiplin ilmu.
Cara evaluasi pada anak dengan kelainan berbicara, meliputi:
• Informasi dari orang tua (history)
• Observasi dan pemeriksaan pada anak
(observation dan test)
• Orang tua yang cermat dan perhatian
kepada anak akan dapat menyampaikan
history perkembangan anak dengan baik.
keterbukaan ini akan lebih mendekatkan
pada kesimpulan yang tepat pada
observasi dan pemeriksaan pada anak.
Penutup
Mencermati kasus anak dengan gangguan perkembangan bicara/defek bicara yang hingga saat ini masih ditemui, padahal disisi lain harapan setiap orang tua adalah memiliki buah hati yang mahir berbicara secara normal. Kondisi ini jika ditemukan sedari kecil (usia dini), maka dengan penanganan yang tepat, dengan melibatkan para ahli dari berbagai disiplin ilmu, akan sangat membantu anak dalam meniti tumbuh kembangnya, untuk meraih masa depan yang gemilang.
Comments
Post a Comment