Tak Kenal Maka Tak Sayang, Tak Paham Bisa Bernasib Malang

TAK KENAL MAKA TAK SAYANG, TAK PAHAM BISA BISA BERNASIB MALANG


Melalu kurun waktu yang panjang dalam tugasnya sebagai praktisi dokter hewan yang profesional, diuraikan berbagai hal yang menarik dan patut diketahui ketika kita bermaksud memelihara hewan, karena bisa menjadi sebuah hal yang menyenangkan, namun sebaliknya dapat pula menimbulkan hal yang menyusahkan bagi manusia maupun untuk hewan peliharaan itu sendiri.

Beberapa tahun yang lalu Dr.E.Djoko Poetranto, MS drh. Menerima WA (Whatsapp) yang menarik, isinya kurang lebih demikian: seorang pemuda yang sedang bermain-main dilaut dan kehilangan sepatunya, maka ia menulis di pasir pantai, laut ini maling. Disisi yang lain seorang nelayan mendapatkan tangkapan ikan yang sangat banyak, maka ia menulis di pantai, laut ini baik hati. Sementara ada seorang ibu kehilangan anak karena tenggelam di laut, maka ia menulis, laut ini pembunuh. Tak jauh dari situ seorang lelaki tua menemukan mutiara yang sangat indah, maka ia juga menulis di pantai, laut ini penuh berkah.

Kalimat diatas menunjukkan bahwa pengalaman yang berbeda dapat menyebabkan pemahaman yang berbeda terhadap obyek yang sama. Demikian halnya, dengan pemahaman manusia terhadap satwa/hewan, seringkali dipengaruhi oleh pengalamannya, termasuk satwa, seringkali tingkat lakunya dipengaruhi oleh pengalaman bagaimana pemilik memperlakukannya.

Sebagai praktisi dokter hewan yang menangani anjing penjaga pabrik, setiap bulan secara rutin, Dr.E. Djoko menyuntik obat anti kutu pada 11 ekor anjing, meskipun anjingnya sangat galak, namun karena yang memegangi pemiliknya, maka tidaklah sulit menyuntik anjing tersebut satu persatu. Pada suatu saat, Dr.E. Djoko ditelfon pemilik untuk mengobati salah satu anjingnya yang sakit diare. Meskipun hari Minggu dan kondisi pabriknya libur, karena kondisi darurat, Dr.E. Djoko tetap datang ke pabrik.

   Baca Juga : Pahlawan Pengisi Kemerdekaan

Pada hari biasa, anjing dilepas bebas hanya pada malam hari sedang pada siang hari anjing selalu dikandangkan. Sedangkan pada hari libur, semua anjing dikeluarkan dari kandang, meskipun siang hari. Kondisi tersebut tidak saya ketahui, akibatnya juga tidak bersiaga. Begitu dipersilahkan masuk oleh penjaga pintu, Dr.E. Djoko langsung disambut gonggongan dan eraman oleh 11 anjing yang mengancam menyerang akan menggigit dengan menunjukkan taringnya.

Saat itu sedetik terasa seperti sejam menunggu pemilik keluar dan harapannya pemilik segera keluar untuk menenangkan anjingnya. Bahkan penjaga pintu tidak berhasil menenangkan anjingnya, dan justru lari masuk dalam pos satpam karena anjing yang dipukul dengan tongkatnya justru berani melawan mau menggigit. Dalam kondisi kritis tersebut, muncul ide brillian. Dr.E. Djoko dengan cepat membuka tas dan segera membuka tas dan segera mengeluarkan spuit injeksi serta mengacung-acungkannya kearah anjing-anjing tersebut. Mungkin, karena mereka setiap bulan Dr.E.Djoko dengan spuit, maka melihat Dr.E. Djoko membawa spuit, mungkin dalam memorinya, ia adalah inferior dibandingkan dengan Dr.E. Djoko, karena ia pasti dipaksa dan dipegangi pemilik untuk Dr.E.Djoko suntik tanpa boleh melawan. Yang jelas taktis Dr.E. Djoko berhasil, 11 anjing tidak ada yang berani maju menyerang sampai pemiliknya keluar menyambut Dr.E. Djoko.

Yang lucu adalah bahwa memahami kalau dokter hewan itu tukang suntik dan tukang mengobati hewan bukan saja anjingnya namun juga manusia. Beberapa kali saat Dr.E. Djoko datang ke rumah pasien, disambut oleh pembantu rumah tangga yang sambil membukakan pintu berteriak, nyonya..... Dokter anjingnya.... Sudah datang !! Awalnya, Dr.E. Djoko sangat tersinggung dikatakan dokter anjing. Tafsiran sebagai dokter anjing itu bisa bermacam-macam. Tapi kalau melihat yang mengatakan bahwa Dr.E. Djoko dokter anjing itu tampak lugu dan wajar tanpa mimik menghina, Dr.E. Djoko menjadi sadar kalau salah satu pekerjaan Dr.E. Djoko memang menyuntik anjing dan setiap hadir kerumah tersebut memang hanya mengobati anjing, sehingga Dr.E. Djoko disebut dokter anjing.

   Baca Juga : jadikan kegagalanmu sebagai kunci untuk meraih kesuksesanmu

Perlu dipahami, bahwa sebenarnya hewan yang menggigit pasti mempunyai alasan. Biasanya hewan menggigit karena merasa terancam dan terganggu kenyamanannya, atau karena lapar yang menyebabkan dia harus mempertahankan hidup dengan makan. Dan yang sering terjadi, adalah hewan yang memang dilatih dan diperintah oleh pemilik untuk menyerang manusia yang menggangu kenyamanan dan keamanan pemiliknya. Tidak ada hewan yang menggigit tanpa alasan atau menggigit hanya untuk bersenang-senang atau hanya untuk show. Hal ini berlaku bagi satwa liar maupun hewan kesayangan. Oleh karena itu, adalah penting memahami karakter/behaviour hewan yang kita jumpai.

Bagi orang yang sering kontak dengan hewan penting mengetahui tanda-tanda bagaimana dan kapan hewan itu lapar atau terganggu kenyamanannya, dan marah atau menghadapi hewan yang memang dilatih untuk menyerang. Gagal memahami dan mengenali tanda-tanda ini akan terjadi miskomunikasi yang bisa mencelakakan manusia maupun hewannya.

Reaksi manusia yang secara kebetulan bertemu dengan hewan liar tidak lebih lunak dibandingkan reaksi satwa liar yang terkejut berjumpa dengan manusia. Sebagai contoh, bila secara tidak sengaja ular bertemu dengan manusia, pada umumnya ular akan lari terbirit-birit, sedangkan manusia, akan berteriak minta tolong dan berikutnya mengejar ular secara beramai-ramai, memukulinya hingga remuk sang kepala ular, tidak peduli sebenarnya ular tersebut akan sembunyi untuk bertelur atau bersembunyi karena kekenyangan sehabis memakan tikus.

Habitat hewan yang dirusak oleh manusia atau dibangun oleh manusia menjadi lahan perumahan dan pertanian/perkebunan, berdampak mempersempit ruang gerak hewan, mengurangi jumlah dan variasi makanan hewan bahkan sering secara langsung atau tidak langsung mengancam nyawa hewan. Oleh karenanya tidak bisa disalahkan, bila hewan menjadi lebih agresif, sehingga berani masuk perkampungan, bahkan memangsa manusia karena kelaparan.

   Baca Juga : Pahlawan Wanita Pengubah Sejarah Bangsa

Pengalaman Dr.E. Djoko yang tinggal di Merauke-Papua tahun 1967 hingga 1972, dimana penduduk setempat saat itu berburu rusa atau kanguru hanya dengan senjata tombak dan panah, maka satwa di hutan masih bertahan dalam jumlah yang sangat banyak. Buaya rawa dan sungai masih hidup makmur, sehingga pada waktu itu tidak ada buaya yang buas menyerang dan memakan manusia. Pada tahun yang sama di Kalimantan, manusia sudah berburu dengan senapan bermesiu yang dapat membunuh hewan dengan sangat efektif, sehingga tidak heran bila ada berita buaya menyerang manusia. Dan yang ekstrim, saat ini di Sumatra, hutannya sudah menyempit diganti dengan perkebunan kelapa sawit dan perumahan sehingga sering terjadi gajah atau harimau masuk kampung untuk mencari mangsa ternak, bahkan membunuh manusia.

Beruntung, hewan peliharaan/kesayangan pada umumnya, tidak bisa berpura-pura alias selalu jujur, kalau senang dia berekspresi senang, dan sebaliknya jika marah ekspresinya pun marah. Hal ini berbeda dengan manusia, karena jika dia tersenyum bukan berarti tidak berbahaya, dan menangis bukan selalu berarti sedih. Bila ada anjing menggonggong tamu, ini menunjukkan eksistensinya bahwa ia ada dan memanggil tuan rumah sambil mengingatkan tamu agar tidak berbuat lebih jauh. Anjing yang menggonggong memang tidak menggigit karena anjing yang menggonggong tidak bisa sambil menggigit, tapi bila si tamu tidak bisa diingatkan dengan gonggongan jangan salahkan kalau dia kemudian menggigit. Sebaliknya kalau sudah kenalan dan anjing mau menjilat (bila tamunya tidak keberatan) maka tamu sudah dianggap sahabat dan dijamin tidak akan diserang apalagi digigit. Hal yang sama dengan kucing, bila menggosok-gosokkan badannya dikaki, ini adalah tanda bahwa Anda yang digosok oleh badan kucing sudah dianggap teman dan ia ingin sedang bermanja dengan Anda.

Ekpresi senang, bisa ditunjukkan dengan gerakan ekor disertai telinga yang bergerak-gerak. Sedangkan ekpresi tidak senang dan tegang ditunjukkan dengan ekor dan telinga yang diam tidak bergerak meski dipanggil namanya. Bahkan bagi praktisi dokter hewan yang berpengalaman, mata adalah jendela hati. Dengan mengamati mata pasien dapat diketahui pasien bisa didekati atau harus dirayu lebih dahulu sebelum diperiksa apalagi disuntik. Pupil mata (hitam mata) yang membesar menunjukkan hewan sudah merasa nyaman untuk diperiksa, sedangkan pupil mata yang mengecil menunjukkan hewan siaga, siaga menghindar untuk dipegang maupun siaga untuk menggigit bila dipegang. Bahkan warna mata (warna putih bola mata) dan warna konjunctiva (kelopak mata dalam) dapat mengungkap penyakit dalam yang diderita.

Warna merah menunjukkan adanya tubuh yang sedang demam, warna keputihan menunjukkan adanya kurang darah (anemia), warna kuning menunjukkan kemungkinan sakit hati (liver), warna kecoklatan menunjukkan kemungkinan adanya gangguan fungsi ginjal dan sebagainya. Spesifik pada gajah yang sedang burahi, sudut matanya basah berminyak. Saat seperti ini gajah bisa berubah menjadi lebih agresif terhadap hewan lain, bahkan bisa menyerang manusia pengasuhnya. Di kebun binatang, gajah seperti ini biasa tidak dipertontonkan untuk sementara waktu.

   Baca Juga : gangguan pada anak pada usia dini

Bagi pecinta alam tidak asing dengan nasehat, ''kalau akan masuk hutan atau berhubungan dengan alam, pikiran harus bersih. Jangan sekali-kali mempermainkan alam nanti bisa berbalik, alam yang akan mempermainkanmu''. Nasehat diatas bukan karena kita percaya animisme ataupun dinamisme. Satwa di hutan inderanya puluhan kali lebih peka dibanding manusia. Bila manusia masuk hutan dengan pikiran yang kalut (apalagi berdua berbeda kelamin) dan berpikir (apalagi melakukan tindakan) yang tidak pantas, maka akan menghasilkan bau-bauan yang khas yang manusia tidak mampu membaui namun hewan sudah mampu membaui sehingga terangsang mendatangi pecinta alam tersebut.

Bagi pemelihara hewan kesayangan seperti anjing dan kucing yang sering mengencingi ban mobilnya (apalagi sedang birahi), maka bila tamasya ke taman safari, jangan kaget bila didatangi satwa dengan sangat dekat dan dicium mobilnya. Coba amati muda-mudi yang pacaran sambil tamasya ke kebun binatang, bila mendekat ke kandang kera dan tiba-tiba keranya mendatangi dengan sikap yang terangsang, hampir dapat dipastikan bahwa muda-mudi tersebut telah berpacaran berlebihan. Demikian pula bagi perempuan yang sedang datang bulan sedapat mungkin hindari tidur ditenda yang terbuka karena aromanya dapat memancing kedatangan satwa yang tidak dikehendaki.

Memelihara hewan kesayangan dirumah, selain mempertimbangkan makanan yang harus selalu diberikan juga perlu memperhatikan luas rumah/halaman, dan yang terpenting adalah tujuan memelihara. Sering terjadi, calon pemilik waktu datang kepenjual hewan/petshop hanya memperhatikan kemolekan hewan dan harganya, kurang memperhatikan karakter dasar hewannya. Perlu diingat, setelah dibeli, ia akan kumpul dan berjumpa setiap hari selama tahunan bahkan puluhan tahun. Bersyukurlah kalau dapat hewan yang molek dan cocok dengan karakter hewannya, berarti mendapatkan kawan sejati. Bila tidak, akan menjengkelkan karena mengganggu bila dipelihara.

Bila ingin memelihara anjing, pertimbangan lebih dahulu tujuan memeliharanya. Bertujuan mendapatkan teman yang molek, ngalem dan berbulu panjang atau berbulu pendek? Berbulu panjang berarti perlu perawatan lebih, dibanding bulu pendek. Yang berkarakter tenang atau yang cerewet dan selalu menggonggong? Yang bisa diajak main oleh anak-anak atau yang galak? Karena pada dasarnya, setiap ras anjing secara genetik mempunyai karakter yang khas, meskipun bisa berubah namun sangat sulit. Sebagai contoh, ras kecil yang cerewet adalah jenis Pomeranian (bulu panjang), chi Hua Hua, minipincher (bulu pendek). Ras kecil yang relatif adalah daschund. Ras besar, anjing sahabat, seperti golden retriever dan Labrador. Anjing penjaga, pada umumnya ras besar, seperti dobermann, rotweiller, dan herder. Ada anjing yang spesifik hanya loyal pada 1 majikan nya, diantaranya adalah anjing jenis chow-chow. Jenis ini bisa dipelihara oleh para korban KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) karena anjing ini pasti marah kalau majikannya disakiti, bahkan disakiti oleh suami/istrinya.

   Baca Juga : mereka ibu, mereka makhluk yang paling mulia

Memelihara burungpun juga perlu diperhatikan jenis makanannya dan karakter suaranya. Berdasarkan jenis makanannya, burung terdiri atas burung pemakan buah, pemakan biji-bijian, pemakan serangga, pemakan daging, dan pemakan ikan. Dilihat dari jenis karakter bunyi suaranya, burung terbagi atas, jenis burung berkicau, jenis burung manggung, dan jenis burung berbicara. Yang dimaksud dengan burung jenis kicauan adalah burung yang nyanyiannya variatif, bisa meniru bunyi kicauan burung tetangganya. Contoh: cucak Rowo, murai, kenari, hwabie dan sebagainya. Burung yang manggung adalah burung yang nyanyiannya relatif sama dan diulang-ulang. Contohnya: burung perkutut, derkuku, dan burung puter. Sedangkan yang dimaksud burung ngomong/bicara adalah burung yang pintar meniru omongan/lagu yang diajarkan, seperti: burung beo, kakaktua, dan Nuri.

Mengenai harga, harga burung sangat bervariatif tergantung kualitas burungnya. Saat ini banyak burung perkutut yang harganya puluhan juta, dan yang sedang trend adalah burung murai dengan kualitas baik dengan harga bisa mencapai diatas gaji UMR tenaga kerja. Sedang burung jenis ngomong/bicara pada umumnya dilindungi undang-undang karena sangat langka, karena sudah diburu sejak jaman Belanda. Yang menarik adalah bahwa burung Nuri umurnya bisa mencapai 35 tahun sedangkan kakaktua bisa mencapai 80 tahun.

Kesimpulannya, bila ingin memelihara hewan, pikiran sebelumnya, apa tujuan memelihara hewan, apa harapan terhadap hewan anda, bagaimana karakter dasar hewan yang akan dipelihara dan apa konsekuensinya. Kalau semuanya ok, pasti menyenangkan, tapi kalau tidak pas maka malanglah nasib hewan anda dan mampu membuat anda pusing sekeluarga.

Comments

Popular posts from this blog