Pahlawan Wanita, Pengubah Sejarah Bangsa
PAHLAWAN WANITA, PENGUBAH SEJARAH BANGSA
Mereka berjuang untuk mengangkat harkat dan derajat bangsanya. Berkat semangat para pahlawan wanita yang gigih, terbukti mampu mewujudkan tanah air kita menjadi negara yang berdaulat, berdiri sendiri, dan bebas dari penjajahan. Demikian halnya dengan pahlawan wanita di era kini, yang tidak pernah lelah berjuang untuk meraih kesetaraan menuju kesejahteraan perempuan yang lebih baik. Teryata, meskipun tampak lemah, wanita juga memiliki kekuatan yang bisa mengubah sejarah sebuah bangsa.
Sejarah telah membuktikan bahwa dimasa lalu perempuan Indonesia telah berkesempatan dan berpeluang memegang jabatan kekuasaan sebagai kepala negara dan berperan aktif dalam berbagai aspek sosial kemasyarakatan, baik ekonomi, sosial budaya, politik, bahkan memanggul senjata tanpa harus meninggalkan perannya di ruang domestik.
Di Jawa Timur, Ratu Tribuana Tunggal Dewi Jaya Wisnu Wardani memegang tampuk kekuasaannya selama 22 tahun dikerajaan Majapahit yang tersohor sampai ke manca negara. Disusul kemudian oleh Ratu Sugita selama 16 tahun. Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat di daerah kasultanan Demak, Jepara berkembang pesat dengan jalur perkembangan sampai keluar negeri. Tercatat pada tahun 1574 Ratu Kalinyamat mengirim bantuan ke negeri Aceh dan Ambon untuk menghadapi Portugis (VOC).
Di bidang perdagangan terjadi kemajuan pesat dengan jalinan kerjasama beberapa negara luar, sehingga dengan kebijakannya para Sulthanah berhasil mencegah usaha VOC memperoleh dagang di Aceh. Ditambah lagi Laksamana Keumala Hayati sebagai komandan kapal perang dengan keberhasilan yang gemilang. Pada tahun 1599, ia berhasil mengalahkan 2 buah kapal Belanda yang dipimpin Cornelis dan Frederick de Houtman.
Sejarah telah membuktikan bahwa dimasa lalu perempuan Indonesia telah berkesempatan dan berpeluang memegang jabatan kekuasaan sebagai kepala negara dan berperan aktif dalam berbagai aspek sosial kemasyarakatan, baik ekonomi, sosial budaya, politik, bahkan memanggul senjata tanpa harus meninggalkan perannya di ruang domestik.
Di Jawa Timur, Ratu Tribuana Tunggal Dewi Jaya Wisnu Wardani memegang tampuk kekuasaannya selama 22 tahun dikerajaan Majapahit yang tersohor sampai ke manca negara. Disusul kemudian oleh Ratu Sugita selama 16 tahun. Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat di daerah kasultanan Demak, Jepara berkembang pesat dengan jalur perkembangan sampai keluar negeri. Tercatat pada tahun 1574 Ratu Kalinyamat mengirim bantuan ke negeri Aceh dan Ambon untuk menghadapi Portugis (VOC).
Baca Juga : Pahlawan Pengisi Kemerdekaan
Pada abad XIX (1856), Siti Aisyah We Terionlle berkuasa di kerajaan Ternate dengan menguasai Bugis. Pada abad VII M (674 M), rakyat kerjaan kalingga menobatkan Ratu Sima sebagai kepala pemerintahan yang tercatat dalam sejarah sangat berhasil dalam menerapkan hukum yang adil tanpa pandang bulu. Dalam kekuasaan pemerintahan, kaum perempuan Aceh telah mengukir sejarah penting, tercatat 4 orang Sulthanah (Sultan perempuan) selama kurun waktu 56 tahun (1640 - 1699), yakni Sulthanah Tajul Alam Safiatuddin Syah (1641-1675), Sulthanah Nurul Alam Naqiatuddin Syah (1675-1678), Sulthanah Inayat Syah Zakiatuddin Syah (1678-1688), dan Sulthanah Kamat Syah Zairatuddin Syah (1688-1699), yang tercatat meraih kesuksesan dalam memimpin negaranya dengan bijak, dengan melaksanakan aturan negara secara konsekuen, sehingga hukum sangat dihargai, ilmu pengetahuan dan kebudayaan berkembang dengan pesat serta para pujangga dapat menghasilkan karya seni yang tinggi dan dapat dinikmati sampai dengan generasi yang sekarang.Di bidang perdagangan terjadi kemajuan pesat dengan jalinan kerjasama beberapa negara luar, sehingga dengan kebijakannya para Sulthanah berhasil mencegah usaha VOC memperoleh dagang di Aceh. Ditambah lagi Laksamana Keumala Hayati sebagai komandan kapal perang dengan keberhasilan yang gemilang. Pada tahun 1599, ia berhasil mengalahkan 2 buah kapal Belanda yang dipimpin Cornelis dan Frederick de Houtman.
Baca Juga : Memuliakan Ibu Memuliakan Anak Memuliakan Keluarga
Sejarah mencatat pada awal abad 20, ketika kaum laki-laki membentuk berbagai macam organisasi kebangsaan seperti pergerakan Budi Utomo pada tahun 1908 dan organisasi-organisasi sosial politik lainnya, pergerakan organisasi kaum perempuan ikut membentuk berbagai macam organisasi serupa, antara lain Wanita Utomo, Isteri Sedar, Aisyah Putri Mardika, Kerajinan Amal Setia, Pikat, Wanita Islam, Muslimat NU, Wanita Katholik, kemudian sederet nama-nama yang sangat terkenal seperti R.A Kartini, Dewi Sartika, Hajah Rusuna Said, Maria Walanda Maramis, Nyai Haji Ahmad Dahlan, merupakan tokoh perempuan dari kalangan elit modern yang telah berupaya dengan modal ilmu pengetahuan yang mereka miliki untuk menyadarkan kaumnya tentang kedudukan dan pentingnya peran mereka bagi masyarakat.Pahlawan Wanita saat ini dalam wadah Organisasi Perempuan
Mencermati fakta dan sejarah panjang kiprah perempuan Indonesia, dapat disimpulkan bahwa perempuan juga memiliki potensi dan kecerdasan dalam mengelola organisasi yang bukan saja melulu perempuan, namun bahkan sebuah organisasi yang besar yakni negara, mereka mampu berperan diruang publik. Namun kenyataannya hingga saat ini perempuan Indonesia belum lagi mampu meraih kesetaraannya, meski sudah mendapat payung legalitas dari aturan hak asasi manusia dan UUD 1945. Keberadaan kaum perempuan masih belum dapat dikategorikan telah mewakili kaumnya secara umum, karena dalam kedudukan pengambilan keputusan, khususnya pada tingkat nasional, perempuan masih belum banyak berperan.
Menapaki era global, peranan perempuan semakin meningkat sebagai upaya untuk dapat berkiprah sejalan dengan langkah mitranya (laki-laki). Salah satu upaya tersebut diwujudkan dalam wadah Organisasi Perempuan. Saat ini kaum perempuan di seluruh dunia sedang berorganisasi dan berbagai lembaga dana juga berusaha mendanai organisasi perempuan yang efektif. Sudah dua dasawarsa, perempuan PBB, organisasi perempuan yang bekerja demi perubahan, pendapatan, dukungan dan solidaritas berkembang dengan cepat, dan sebagian kerja mereka memang terbukti sangat efektif. Kaum perempuan di seluruh dunia, misalnya, menyatakan dukungannya kepada kelompok perempuan karena ''ditemukan bahwa inisiatif yang dikembangkan oleh perempuan sendiri secara potensial lebih kuat, lebih dapat menyesuaikan diri dan lebih mampu bertahan dibanding projek yang dijalankan atas nama mereka''. Dukungan terhadap organisasi perempuan merupakan kunci bagi pembangunan untuk perempuan dan dapat memberi kontribusi yang amat besar kepada masyarakat secara keseluruhan.
Kelompok-kelompok perempuan menawarkan forum yang sah di luar dunia prifat (dunia rumah tangga). Keanggotaan sebuah organisasi menawarkan pengganti awal atas ketiadaan pengetahuan birokratik serta tidak adanya pengalaman dengan diskursus publik, organisasi perempuan yang berhasil dapat mendorong kemampuan berinteraksi dengan barisan luas sistem dan struktur publik dalam diri anggotanya, serta lambat laun mampu melakukan transformasi atas sistem dan struktur itu ke dalam diri partisipan pembangunan, yakni para mitra aktif dalam pengembangan barang, jasa serta sumber daya dan bukannya penerima pasif atau "sasaran".
Perkembangan keahlian dan menyakinkan jangka panjang dalam organisasi perempuan serta makin meningkatnya keefektifan mereka di wilayah publik merupakan kunci sukses perubahan strukturtural. Ketidakadilan gender yang dikembangkan pada seluruh lapisan masyarakat hanya bisa dilawan oleh tindakan kolektif seperti ini, yang menjangkau jenjang dasar hingga puncak masyarakat. Melalui organisasi perempuan akan mampu disikapi masalah-masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan kekuasaan, baik dalam demokrasi partisipatif ditingkat bawah, dalam kebijakan pendanaan donor, atau prioritas pendanaan pembangunan negara. Dalam proses ini perlu diwujudkan bentuk organisasi horizontal, seperti jaringan kerja yang memutuskan hubungan hirarki dan autoriter.
Menapaki era global, peranan perempuan semakin meningkat sebagai upaya untuk dapat berkiprah sejalan dengan langkah mitranya (laki-laki). Salah satu upaya tersebut diwujudkan dalam wadah Organisasi Perempuan. Saat ini kaum perempuan di seluruh dunia sedang berorganisasi dan berbagai lembaga dana juga berusaha mendanai organisasi perempuan yang efektif. Sudah dua dasawarsa, perempuan PBB, organisasi perempuan yang bekerja demi perubahan, pendapatan, dukungan dan solidaritas berkembang dengan cepat, dan sebagian kerja mereka memang terbukti sangat efektif. Kaum perempuan di seluruh dunia, misalnya, menyatakan dukungannya kepada kelompok perempuan karena ''ditemukan bahwa inisiatif yang dikembangkan oleh perempuan sendiri secara potensial lebih kuat, lebih dapat menyesuaikan diri dan lebih mampu bertahan dibanding projek yang dijalankan atas nama mereka''. Dukungan terhadap organisasi perempuan merupakan kunci bagi pembangunan untuk perempuan dan dapat memberi kontribusi yang amat besar kepada masyarakat secara keseluruhan.
Baca Juga : Dilema Pahlawan Devisa
Bukti yang lebih jauh tentang keefektifan organisasi tersebut semakin jelas bila kita melihat kekuatan khusus kelompok perempuan. Caroline Moser berpendapat bahwa ''secara historis telah diperlihatkan bahwa kemampuan menghadapi sifat ketidakadilan gender.... Hanya bisa dipenuhi melalui perjuangan dari bawah ke atas oleh organisasi perempuan''. Ini karena organisasi semacam kelompok akar rumput, baik organisasi perempuan desa di Bangladesh, atau perempuan perkotaan di Rio de Janerio atau Nairobi, memberikan tawaran kepada perempuan, yang sebaliknya tidak memiliki kesempatan berorganisasi serta ruang bagi dirinya sendiri. Padahal ruang ini, baik fisik maupun konseptual, merupakan prasyarat untuk mengidentifikasi kebutuhan dan kemudian melakukan mobilisasi guna memenuhinya.Kelompok-kelompok perempuan menawarkan forum yang sah di luar dunia prifat (dunia rumah tangga). Keanggotaan sebuah organisasi menawarkan pengganti awal atas ketiadaan pengetahuan birokratik serta tidak adanya pengalaman dengan diskursus publik, organisasi perempuan yang berhasil dapat mendorong kemampuan berinteraksi dengan barisan luas sistem dan struktur publik dalam diri anggotanya, serta lambat laun mampu melakukan transformasi atas sistem dan struktur itu ke dalam diri partisipan pembangunan, yakni para mitra aktif dalam pengembangan barang, jasa serta sumber daya dan bukannya penerima pasif atau "sasaran".
Perkembangan keahlian dan menyakinkan jangka panjang dalam organisasi perempuan serta makin meningkatnya keefektifan mereka di wilayah publik merupakan kunci sukses perubahan strukturtural. Ketidakadilan gender yang dikembangkan pada seluruh lapisan masyarakat hanya bisa dilawan oleh tindakan kolektif seperti ini, yang menjangkau jenjang dasar hingga puncak masyarakat. Melalui organisasi perempuan akan mampu disikapi masalah-masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan kekuasaan, baik dalam demokrasi partisipatif ditingkat bawah, dalam kebijakan pendanaan donor, atau prioritas pendanaan pembangunan negara. Dalam proses ini perlu diwujudkan bentuk organisasi horizontal, seperti jaringan kerja yang memutuskan hubungan hirarki dan autoriter.
Organisasi Wanita di Indonesia
Ketika berbicara tentang Indonesia, tampak bahwa respon terhadap aktivitas organisasi-organisasi perempuan dalam memperjuangkan posisi-posisi perempuan pada awalnya sangat sulit dan tidak berjalan mulus, bahkan untuk menyakinkan sesama organisasi perempuan tidaklah mudah. Selalu saja tanpa sadarlah perempuan lah yang termajinalkan. Organisasi perempuan, terutama yang tampil memperjuangkan hak-hak perempuan mendapat tantangan besar dari pemerintah. Dengan sikap feminis yang melekat pada dirinya diperlukan upaya sungguh-sungguh untuk menyakinkan penyelenggara pemerintah. Mereka sering kali dinilai tidak obyektif, padahal sikap tersebut sangat diperlukan untuk mencapai dan mengejar keadilan. Dan pengakuan itu secara pelan bergerak.
Banyak organisasi non pemerintah yang lahir pada era 1970-an, yang dulunya tidak tertarik terhadap perempuan, kemudian membentuk divisi perempuan di lembaganya dan melakukan analisa gender di semua sektor aktivitas. Dari upaya yang sifatnya menyadarkan hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama, lalu berkembang pada gerakan advokasi terhadap perempuan korban kekerasan. Setelah itu lahirlah "Suara Ibu Peduli", "Koalisi Perempuan", dan lain-lain. Hal ini terjadi setelah proses kristalisasi dari organisasi perempuan yang merasakan perlunya bersama-sama berkoalisi untuk bahu membahu mencapai tujuan.
Saat ini organisasi perempuan paling tidak mulai berada dalam tatanan yang bagus karena dia sudah mempertimbangkan strategi untuk meraih tujuan yang diciptakan. Kalau tahun 1980-an sangat dirasakan konflik-konflik diantara organisasi perempuan karena pada saat itu organisasi perempuan masih pada tahap mencari eksistensi diri. Maka pada warsa 1990-an, setelah eksis dan organisasinya sudah semakin mapan, muncul berbagai gerakan bersama. Sebuah gerakan yang luas dengan menggalang kepedulian, merupakan salah satu strategi yang tepat untuk mengajak perempuan lain untuk bergabung. Namun yang perlu dipikirkan dan menjadi suatu pekerjaan rumah bagi gerakan-gerakan perempuan adalah terus menganalisa dan mensistemisasi gerakan-gerakan sehingga berdampak pada kepentingan-kepentingan masyarakat.
Setelah organisasi-organisasi perempuan bersuara lantang, pemerintah mengakomodirnya dengan mengangkat menteri pemberdayaan perempuan dalam kabinet. Namun hal ini tidak akan berdampak positif secara signifikan manakala wawasan gender pejabatnya masih rendah. Untuk itu, kaum perempuan harus terus menganalisis usaha yang sudah ada agar memberikan dampak yang lebih besar pada kepentingan masyarakat.
Hingga saat ini jumlah perempuan yang menduduki posisi strategis, baik di eksekutif maupun legislatif, belum setara. Hal ini sungguh tidak sebanding dengan kuantitas suara pemilih perempuan pada saat pemilu. Di sisi lain harus disadari bahwa tidak seluruh perempuan memiliki kepekaan gender. Fakta tersebut terkadang mereduksi upaya perbaikan posisi perempuan. Dalam hal ini organisasi perempuan sangat berkepentingan untuk menanyakan kepada partai politik, sejauh mana platform nya berpihak pada pemberdayaan perempuan.
Perempuan melalui wadah organisasi perempuan akan mampu berpartisipasi secara penuh baik di tingkat lokal maupun aksi koleksi di tingkat yang lebih tinggi. Mereka juga akan mampu menunjukkan apa yang dapat di capai melalui jaringan yang diciptakan. Hal ini akan merupakan landasan dimana suara perempuan didengar di berbagai forum perdebatan pada seluruh segi pembangunan.
Saat ini organisasi perempuan paling tidak mulai berada dalam tatanan yang bagus karena dia sudah mempertimbangkan strategi untuk meraih tujuan yang diciptakan. Kalau tahun 1980-an sangat dirasakan konflik-konflik diantara organisasi perempuan karena pada saat itu organisasi perempuan masih pada tahap mencari eksistensi diri. Maka pada warsa 1990-an, setelah eksis dan organisasinya sudah semakin mapan, muncul berbagai gerakan bersama. Sebuah gerakan yang luas dengan menggalang kepedulian, merupakan salah satu strategi yang tepat untuk mengajak perempuan lain untuk bergabung. Namun yang perlu dipikirkan dan menjadi suatu pekerjaan rumah bagi gerakan-gerakan perempuan adalah terus menganalisa dan mensistemisasi gerakan-gerakan sehingga berdampak pada kepentingan-kepentingan masyarakat.
Setelah organisasi-organisasi perempuan bersuara lantang, pemerintah mengakomodirnya dengan mengangkat menteri pemberdayaan perempuan dalam kabinet. Namun hal ini tidak akan berdampak positif secara signifikan manakala wawasan gender pejabatnya masih rendah. Untuk itu, kaum perempuan harus terus menganalisis usaha yang sudah ada agar memberikan dampak yang lebih besar pada kepentingan masyarakat.
Hingga saat ini jumlah perempuan yang menduduki posisi strategis, baik di eksekutif maupun legislatif, belum setara. Hal ini sungguh tidak sebanding dengan kuantitas suara pemilih perempuan pada saat pemilu. Di sisi lain harus disadari bahwa tidak seluruh perempuan memiliki kepekaan gender. Fakta tersebut terkadang mereduksi upaya perbaikan posisi perempuan. Dalam hal ini organisasi perempuan sangat berkepentingan untuk menanyakan kepada partai politik, sejauh mana platform nya berpihak pada pemberdayaan perempuan.
Baca Juga : pelayanan kesehatan peduli remaja dalam program kesehatan reproduksi dan pengendalian HIV-AIDS melalui transmisi seksual
Menghadapi tantangan era global ini tiada strategi lain yang harus ditempuh kecuali membangun aliansi agar organisasi perempuan mampu mempertahankan eksistensinya dan mempunyai kemampuan secara penuh dalam menentukan agenda mereka sesuai aspirasi dan kebutuhan perempuan melalui pemenuhan hak secara menyeluruh.Perempuan melalui wadah organisasi perempuan akan mampu berpartisipasi secara penuh baik di tingkat lokal maupun aksi koleksi di tingkat yang lebih tinggi. Mereka juga akan mampu menunjukkan apa yang dapat di capai melalui jaringan yang diciptakan. Hal ini akan merupakan landasan dimana suara perempuan didengar di berbagai forum perdebatan pada seluruh segi pembangunan.
Badan Kerjasama Organisasi Wanita Prof. Jawa Timur
Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) provinsi Jawa timur merupakan gabungan dari organisasi wanita Indonesia di tingkat provinsi Jawa timur, yang dilahirkan di Surabaya pada tanggal 6 Oktober 1962, bersifat suatu forum musyawarah kerjasama antar organisasi wanita dan menjunjung tinggi keberadaan organisasi serta tidak melanggar kedaulatan masing-masing organisasi anggota BKOW provinsi Jawa timur.
Sebagai wadah 41 organisasi wanita anggota nya, berbagai program pemberdayaan perempuan telah dilaksanakan, baik secara individu, ataupun kemitraan yang melibatkan instansi pemerintah, swasta, lembaga lain, serta masyarakat. Hal ini dapat terwujud dengan baik, berkat keharmonisan, keserasian, dan keselarasan gerak langkah seluruh keluarga besar BKOW provinsi Jawa timur. Semua telah berjuang, berupaya serta berikhtiar dengan pengorbanan, baik waktu tenaga maupun biaya.
Baca Juga : Membaca Perempuan Secara Utuh
Dalam menghadapi dinamika dan tantangan era global, serta situasi dan kondisi saat ini, maka perjuangan dalam meningkatkan derajat wanita melalui berbagai program pemberdayaan perempuan belum lagi usai dan masih merupakan acuan yang harus dijadikan pijakan dalam melanjutkan pengabdian BKOW provinsi Jawa timur, kedepan. Simpulan nya adalah bahwa gerakan-gerakan melalui kelompok dan organisasi perempuan perlu bergerak bersama dalam jaringan yang kuat. Kebersamaan ini akan mendobrak budaya patriarki menuju terwujudnya cita-cita pemenuhan hak asasi perempuan agar berkeadilan dan berkesetaraan dengan mitranya, kaum laki-laki. Untuk itu seluruh perempuan harus sadar dan peka gender.
Marilah kita rapatkan barisan, dan tiada henti berdoa, semoga para pahlawan wanita, sejak dulu hingga kini, yang telah berjuang untuk Indonesia, senantiasa mendapatkan Rakhmat Nya, ditempatkan dan mendapat derajat yang terhormat dimana pun mereka berada, dan semoga jiwa semangat juang mereka dapat memberikan inspirasi mendalam bagi jiwa para pemimpin bangsa dan negara saat ini. Sehingga tidak ada pilihan lain, selain dari: "Semua harus melangkah dan bekerja dengan perempuan!"
Comments
Post a Comment