Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja dalam Program Kesehatan Reproduksi dan Pengendalian HIV-AIDS Melalui Transmisi Seksual

PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA DALAM PROGRAM KESEHATAN REPRODUKSI DAN PENGENDALIAN HIV-AIDS MELALUI TRANSMISI SEXSUAL


Beberapa informasi dan berita media cetak memuat peristiwa/kasus yang berhubungan dengan kejahatan atau perilaku seksual remaja yang belum waktunya. Bahkan ada kasus remaja usia sekolah (SMP-SMA) yang mencoba melakukan prostitusi hanya untuk mengikuti kesenangan dan trend gaya hidup modern. Demikian halnya infeksi menular seksual merupakan salah satu penyebab masalah kesehatan, sosial dan ekonomi di banyak negara, serta merupakan salah satu pintu masuk HIV. Keberadaan infeksi menular seksual telah menimbulkan pengaruh besar dalam pengendalian HIV-AIDS. Pada saat yang sama, timbul peningkatan kejadian resistensi kuman penyebab infeksi menular seksual terhadap beberapa antimikroba, yang akan menambah masalah dalam pengobatan infeksi menular seksual.

Perkembangan epidemi HIV-AIDS didunia telah menjadi masalah global termasuk di Indonesia. Resiko penularan infeksi menular seksual dan HIV-AIDS masih kurang disadari oleh kelompok berisiko, ditambah kesadaran yang rendah untuk memeriksakan HIV sehingga masih banyak kasus AIDS yang ditemukan pada stadium lanjut di rumah sakit. Dalam rangka memperkuat upaya pengendalian HIV-AIDS di Indonesia, sangat penting untuk memadukan upaya pencegahan dengan perawatan, karena keduanya merupakan komponen penting yang saling melengkapi.

Lebih dari 30 jenis mikroorganisme patogen dapat ditularkan melalui hubungan seksual dengan manifestasi klinis bervariasi menurut jenis kelamin dan umur. Meskipun infeksi menular seksual (IMS) terutama ditularkan melalui hubungan seksual, namun penularan dapat juga terjadi dari ibu kepada janin dalam kandungan atau saat kelahiran, melalui produk darah atau tranfer jaringan yang telah tercemar, kadang-kadang dapat ditularkan melalui alat kesehatan.

   Baca Juga : Membaca Perempuan Secara Utuh

Banyak hal dalam kehidupan sehari-hari, karakter manusia mendorong aktivitas dalam bentuk perilaku yang baik dan buruk. Termasuk berperilaku yang menyimpang dapat terbentuk akibat kesalahan dalam mengarahkan dan membimbing anak manusia dalam perkembangan dan pertumbuhan-nya. Dalam hal ini peranan pendidikan karakter menjadi sangat dipentingkan untuk menciptakan pengendalian diri remaja berinteraksi terhadap kehidupan.

Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan. Banyak sekali live events akan terjadi, tidak hanya menentukan karakter kehidupan masa dewasa tetapi juga kualitas hidup generasi berikutnya sehingga menempatkan masa ini sebagai masa kritis.

Seksualitas dan kesehatan reproduksi remaja didefinisikan sebagai keadaan sejahtera fisik dan psikis seorang remaja, termasuk keadaan terbebas dari kehamilan yang tak dikehendaki (KTD), aborsi yang tidak aman, penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, serta semua bentuk kekerasan dan pemaksaan seksual.

Pelayanan kesehatan pada Era JKN yang ditandai dengan munculnya fasilitas kesehatan tingkat pertama (klinik mandiri ataupun puskesmas lain), telah membuat puskesmas Kebonsari kota Pasuruan mengembangkan program inovasi dan kreatif dalam menyajikan pelayanan untuk menjawab tantangan kebutuhan kesehatan masyarakat yang berubah secara dinamis dan kekinian. Hal ini karena puskesmas juga mempunyai kewajiban untuk pemberdayaan peran serta masyarakat dalam rangka kemandirian mengatasi masalah kesehatan bagi diri sendiri, keluarga dan lingkungannya.

   Baca Juga : Gangguan berbicara pada anak pada usia dini

Kegiatan ini berupa inovasi dalam kemampuan sumberdaya manusianya yaitu inovasi dalam proses pelayanan berdasarkan kemampuan individu menghasilkan kreativitas layanan, inovasi dalam budaya kerja organisasi (ramah dan profesional) dan inovasi dalam outcome atau hasil yaitu produk jasa layanan kesehatan yang youth friendly (disenangi anak muda) melalui program pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) yaitu klinik PKPR "Sahabat Remaja dan Keluarga".

Program pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) ini dikembangkan karena merupakan kebutuhan dan peluang (Opportunity) yang belum tersentuh program dari pusat layanan kesehatan lain di kota Pasuruan, sedangkan manfaat program PKPR ini dapat sebagai promotif dan preventif terhadap program kesehatan reproduksi dan pengendalian HIV-AIDS melalui transmisi seksual (PMTS) mengarah pencapaian program MDGS 2015 Goal ke 6 yaitu memerangi HIV-AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya.

Latarbelakang Permasalahan

Mencermati kondisi yang terjadi, maka dapat diuraikan berbagai latar belakang permasalahan, sebagai berikut:

1. Kebutuhan dan jenis resiko kesehatan reproduksi yang dihadapi remaja mempunyai ciri yang berbeda dari anak-anak ataupun orang dewasa. Jenis resiko kesehatan reproduksi yang harus dihadapi remaja antara lain adalah kehamilan, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), kekerasan seksual, serta masalah keterbatasan akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan. Resiko ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berhubungan, yaitu tuntutan untuk kawin muda dan hubungan seksual, akses terhadap pendidikan dan pekerjaan, ketidaksetaraan jender, kekerasan seksual dan pengaruh media masa serta gaya hidup.

   Baca Juga : pahlawan wanita pengubah sejarah bangsa

2. Khusus bagi remaja putri, mereka kekurangan informasi dasar mengenai keterampilan menegosiasikan hubungan seksual dengan pasangannya. Mereka juga memiliki kesempatan lebih kecil untuk mendapatkan pendidikan formal dan pekerjaan, dan pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan pengambilan keputusan dan pemberdayaan remaja putri untuk menunda perkawinan dan kehamilan, serta mencegah kehamilan yang tidak dikehendaki. Bahkan pada remaja putri dipedesaan, haid pertama biasanya akan segera diikuti dengan perkawinan yang menempatkan mereka pada resiko kehamilan dan persalinan dini.

3. Beberapa kasus pencetus perilaku atau kebiasaan tidak sehat pada remaja justru adalah akibat ketidak-harmonisan hubungan ayah-ibu, sikap orang tua yang men"tabu"kan pertanyaan anak/remaja tentang fungsi/proses reproduksi dan penyebab rangsangan seksualitas (libido), serta frekuensi tindak kekerasan anak (child physical abuse).

4. Orang tua cenderung risih dan tidak mampu memberikan informasi yang memadai mengenai alat reproduksi dan proses reproduksi tersebut. Begitu pula, mudah timbul ketakutan dan prasangka (paranoid) di kalangan orang tua dan guru, bahwa pendidikan yang menyentuh isu perkembangan organ reproduksi dan fungsinya justru malah mendorong remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah.

5. Kondisi lingkungan sekolah, pengaruh teman, ketidaksiapan guru untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi, dan kondisi tindak kekerasan sekitar rumah tempat tinggal juga berpengaruh. Remaja yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap dan tidak mendapatkan perlindungan dan kasih sayang orang tua, memiliki lebih banyak faktor yang berkontribusi, seperti rasa kekuatiran dan ketakutan yang terus menerus, paparan ancaman sesama remaja jalanan, pemerasan, penganiayaan serta tindak kekerasan lainnya, pelecehan seksual dan pemerkosaan. Para remaja ini beresiko terpapar pengaruh lingkungan yang tidak sehat, termasuk penyalahgunaan obat, minuman beralkohol, tindakan kriminalitas, serta prostitusi.

   Baca Juga : tak kenal maka tak sayang tak paham bisa bernasib malang

6. Beberapa informasi dan berita media cetak memuat peristiwa/kasus yang berhubungan dengan kejahatan atau perilaku seksual remaja yang belum waktunya. Bahkan ada kasus remaja usia sekolah (SMP-SMA) yang mencoba melakukan prostitusi hanya untuk mengikuti kesenangan dan trend gaya hidup modern.

Tujuan program pelayanan kesehatan peduli remaja

Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan tersebut diatas, UPT. Puskesmas Kebonsari mengambil kebijakan strategis didalam menanggulangi berbagai tantangan upaya kesehatan masyarakat dalam menata generasi muda melalui program inovasi pengembangan program klinik pelayanan kesehatan peduli remaja (klinik PKPR) sahabat remaja dan keluarga), yaitu klinik yang melayani permasalahan remaja dari bidang ilmu kesehatan secara profesional, kreatif, peduli (empaty) dan ramah atau youth friendly bagi remaja yang memiliki ciri psikologi labil, selalu ingin tahu/coba coba, sangat tertutup dan sensitif tersebut. Adapun tujuan program PKPR sebagai berikut:

1. Memberikan akses layanan kesehatan dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja.
2. Memberikan komunikasi informasi dan edukasi nilai dan sikap positif bagi remaja dan anak sekolah untuk memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk diluar (narkoba/napza, arus informasi global, dan gaya hidup tidak sehat)
3. Memberi konsultasi bagi orang tua yang memiliki anak remaja bermasalah
4. Memberi pengetahuan bagi orang tua/guru sekolah untuk menjawab permasalahan yang ditayakan oleh anak
5. Memberi konsultasi lingkungan remaja seperti sekolah dan lingkungan tempat tinggal

Harapan inovasi pengembangan pelayanan kesehatan peduli remaja

Kegiatan program inovasi pengembangan pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) ini dilaksanakan dengan harapan:

   Baca Juga : pahlawan pengisi Kemerdekaan

1. Dapat diakses masyarakat secara umum dan khusus nya bagi remaja, agar menjadi generasi bangsa yang berperilaku sehat, berkualitas dan cerdas menghadapi era globalisasi dunia.
2. Menjadi tempat yang nyaman untuk mendapatkan informasi dan edukasi yang benar bagi masyarakat.
3. Komitmen menjadi pelaku pengendalian penyakit menular seksual termasuk HIV-AIDS.
4. Menurunkan angka kematian dan angka kesakitan akibat infeksi menular seksual dan HIV-AIDS.

Comments

Popular posts from this blog